Catatan: Artikel ini merupakan rangkuman dari pemaparan Professor Sarah Hawkes mengenai Agenda Kesehatan Feminis, dalam webinar Setting the #Feminist Agenda: Universal Healthcare and Women yang diadakan oleh National Women’s Council of Ireland.
Professor Sarah Hawkes membuka webinar dengan menjelaskan bagaimana kita mendefinisikan agenda kesehatan feminis yang digaungkan oleh Gerakan Kesehatan Feminis, serta bagaimana Universal Health Coverage / UHC (Cakupan Kesehatan Universal) sejalan dengan pembangunan masyarakat yang sehat.
Hawkes berupaya merefleksi ketika kita membicarakan mengenai kesehatan perempuan, seringkali pembahasannya hanya berfokus pada bagaimana Kesehatan Reproduksi dan Seksual Perempuan dibutuhkan dan layanannya diperbaiki. Ia kemudian menekankan bagaimana di saat seperti ini (pandemi global Covid-19) kita harus memikirkan ulang apa itu kesehatan dalam perspektif yang lebih luas dalam memikirkan kebutuhan kesehatan perempuan, dari bayi hingga usia tua (from cradle to grave).
Hawkes mengambil contoh data kesehatan perempuan di Irlandia dan Inggris. Menurut data yang ada, perempuan paling banyak menderita non-communicable diseases (penyakit tidak menular) seperti kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, diabetes, hingga masalah kesehatan mental. Penyakit-penyakit ini seringkali dilupakan ketika kita membicaran kesehatan perempuan.
Selain mengenali dan memahami struktur sistem kesehatan publik dan aksesnya, agenda kesehatan feminis harus bisa memahami bahwa bukan sistem kesehatan yang membuat manusia sehat, masyarakatlah yang membuat manusia sehat.
Tentu saja, akses terhadap sistem kesehatan yang baik membantu kita untuk mendapatkan pengobatan ketika sakit. Namun Hawkes menekankan bahwa jarang sekali kita merumuskan sistem kesehatan yang membangun masyarakat yang sehat. Dalam membangun masyarakat yang sehat, kita harus melihat bagaimana perspektif preventif / pencegahan memiliki peranan yang besar untuk membuat hidup kita sehat, selain dengan menggunakan vaksin.
Penyakit seperti kanker, jantung, diabetes dan kesehatan mental yang diderita perempuan, seringkali disebabkan oleh faktor lingkungan dimana perempuan yang hidup dan dibesarkan di kota-kota industrial. Faktor lingkungan ini meliputi paparan oleh polusi udara, makanan, asap rokok yang kita hirup dari rokok atau dari rokok pasnagannya, hingga alkhol dan zat-zat yang dikonsumsi perempuan.
Hawkes menjelaskan bahwa lingkungan ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti faktor ekonomi, politik, sosial yang membuat orang atau masyarakat menjadi sehat atau sakit. Kalau kita cermati kembali ekonomi dan politik menentukan regulasi-regulasi yang berdampak pada kehidupan kita. Regulasi terebut bisa terkait ketenagakerjaan, makanan, pendidikan, lingkungan dan lainnya.
Contohnya, akibat regulasi yang tak jelas terkait ketenagakerjaan, banyak buruh perempuan mengalami infeksi saluran kemih karena menahan kencing atau tidak mendapatkan akses kesehatan menstruasi, atau banyak buruh perempuan yang keguguran karena dipaksa untuk bekerja. Regulasi terkait lingkungan dapat kita lihat bagaimana tidak adanya pengawasan ketat terkait pembuangan limbah, sehingga mengakibatkan lingkungan tercemar dan membuat warga di sekitar pabrik menjadi sakit. Atau misalkan, pola masyarakat patriarkis membuat perempuan mengalami masalah kesehatan mental yang tak tertangani sehingga meningkatkan tekanan darahnya dan menyulitkan dia untuk mengakses pengobatan gigi.
Dalam kondisi paska covid-19 seperti ini kita harus berfikir maju dan berfikir ulang, selain mengenai bagaimana setiap orang dapat akses kesehatan universal ketika sakit, kita harus memikirkan bagaimana membangun masyarakat dimana setiap orang harus memiliki kesempatan untuk hidup sehat.
Sarah Hawkes
Agenda kesehatan feminis berusaha melibatkan pendekatan yang multisektoral, pelibatan seluruh institusi pemerintah hingga komunitas masyarakat, ke ranah keluarga dan hubungan interpersonal. Pelibatan ini karena melihat bagaimana adanya ketimpangan berbasis gender yang membuat seseorang menjadi sakit atau rentan mengalami peningkatan resiko sakit.
Agenda kesehatan feminis sangat berjalan beriringan dengan UHC yang didengungkan oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia). WHO mendefinisikan UHC sebagai sebuah paradigma kesehatan yang memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan yang meliputi pencegahan, promosi dan pengobatan tanpa adanya hambatan finansial.
Hawkes menambahkan, bahwasannya agenda kesehatan feminis berupaya untuk responsif terhadap gender dan menerapkan cita-cita feminis dalam kondisi yang mencegah penyakit dan mempromosikan kesehatan.
Hawkes menawarkan 3 cara dalam memikirkan feminisme dan UHC.
- Kita harus memastikan bahwa UHC mencakup seluruh aspek kehidupan selama kita hidup. Dalam hal ini, paradgima UHC adalah memberikan kita kesempatan untuk hidup sehat yang melibatkan seluruh sistem, institusi dan struktur. Dan bukan hanya sistem yang memberikan kita akses pelayanan kesehatan saat kita sakit. (It is a system of ideas, institutions and structures that gives us the highest chance of living a healthy life, not just a system that is ready for us to use obtain treatment when we are ill.)
- Kita harus memikirkan bagaimana membangun masyarakat yang sehat, bukan hanya layanan kesehatan yang dapat diakses saja.
- Hak untuk kesehatan seringkali dilihat sebagai akses terhadap pelayanan kesehatan, namun sebagai feminis kita harus menuntut bagaimana kita membentuk masyarakat yang sehat.
Dari pemaparan Hawkes, kita dapat melihat bagaimana kita membangun paradgima masyarakat yang sehat. Pembangunan masyarakat sehat bukan soal akses semata, namun berkaitan erat dengan hal-hal yang mempengaruhi lingkungan kita yang dapat berdampak pada kesehatan kita.
***
Untuk menonton webinar selengkapnya disini, atau dibawah ini:
9 Comments